Kamis, 07 November 2013

Karena Kecanduan Game, Remaja Ini Harus Dirawat di Rumah Sakit Jiwa Grogol

Jakarta, Dengan emosi yang masih labil, remaja rentan mengalami gangguan jiwa. Bukan hanya asmara, hobi bermain game juga bisa membuat jiwanya terganggu. Di Rumah Sakit Jiwa Grogol misalnya, sudah 4 remaja yang dirawat karena kecanduan game selama 2012.

Salah satunya kini masih dirawat di Instalasi Instalasi Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja RSJ Soeharto Heerdjan, atau yang lebih dikenal dengan nama RSJ Grogol karena terletak di kawasan Grogol, Jakarta Barat.

Remaja tersebut, sebut saja namanya Andi sebenarnya anak yang berprestasi di sekolahnya. Masalahnya hanya satu, remaja berusia 17 tahun ini tidak pernah bisa lepas dari permainan video games yang memang sudah menjadi kegemarannya sejak masih kecil.

Belakangan saking asyiknya memainkan video games, Andi mulai menarik diri dari pergaulan dan sering bolos sekolah. Orangtua yang merasa khawatir berusaha melarang, namun ketika video gamesnya diambil maka Andi mulai kehilangan kontrol lalu ngamuk-ngamuk.

"Pandangan matanya jadi hostile (memusuhi) kalau dilarang main video game. Tatapannya memusuhi," tutur dr Suzy Yusna Dewi, SpKJ(K), Kepala Instalasi Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja RSJ Grogol saat ditemui dalam kunjungan media di tempat kerjanya, Jumat (5/10/2012).

Kecanduan games tidak bisa dianggap sepele, terutama kalau sudah mempengatuhi perilaku. Menurut dr Suzy, gangguan jiwa psikotis yang ditandai dengan cara berpikir yang mulai kacau bisa juga berawal dari kecanduan games yang tidak ditangani dengan baik.

Ditambahkan oleh dr Suzy, kasus Andi sudah termasuk gangguan jiwa psikotis karena sampai ngamuk-ngamuk kalau dilarang orangtuanya. itu berarti keinginannya untuk selalu bermain video games telah mengganggu perulaku dan membuatnya gelisah sepanjang waktu.

"Perlu treatment itu kalau sudah mengganggu fungsi sehari-hari, misalnya nggak mau sekolah. Nggak mau sekolah itu merupakan kedaruratan psikiatri utama pada anak dan remaja," tambah dr Suzy.

Treatment atau penanganan yang diberikan di RSJ Grogol antara lain mencakup terapi perilaku dan kalau diperlukan juga akan diberikan obat-obatan antipsikotik. Andi termasuk bagus dalam merespons terapi, sehingga dalam 3 minggu masa perawatan perilakunya sudah lebih terkontrol dan dalam waktu dekat bisa kembali ke rumah orangtuanya lagi.
 

Sumber :

Karena Kecanduan Game, Remaja Ini Harus Dirawat di Rumah Sakit Jiwa Grogol

AN Uyung Pramudiarja - detikHealth Jumat, 05/10/2012 15:01 WIB


Jeritan Anak di Rumah Sakit Jiwa Grogol: Aku Mau Sama Mama....

Jakarta, Bagi sebagian remaja, berada jauh dari orangtua rasanya sangat berat meskipun hanya untuk sementara. Apalagi jarak itu tercipta karena si remaja harus menginap di Rumah Sakit Jiwa. Wajar kalau terdengar jeritan, "Aku mau sama mama..”

Jeritan itu terdengar terus menerus dari mulut seorang remaja putri, sebut saja namanya namanya Anyelir. Duduk di sebuah kursi panjang di ruang rawat inap Instalasi Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja RSJ Soeharto Heerdjan, remaja berusia sekitar 13 tahun ini terus merengek ingin ketemu mamanya.

"Tadi pagi ibunya ada, tapi sekarang sudah pulang. Ini (Anyelir) memang baru saja masuk," jelas dr Suzy Yusna Dewi, SpKJ(K), Kepala Instalasi Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja RSJ Grogol saat ditemui dalam kunjungan media di salah satu ruang perawatan, Jumat (5/10/2012).

Menurut dr Suzy, remaja ini sejak lama mengalami gangguan jiwa yang disebut afeksi bipolar. Selama ini, orangtuanya sering membawanya untuk berobat jalan di RSJ Soeharto Heerdjan atau yang dikenal dengan nama RSJ Grogol karena berlokasi di Grogol, Jakarta Barat.

Sejak awal memang sering gelisah dan kalau sudah demikian maka ia akan jadi banyak bicara meski tidak terlalu jelas apa yang dibicarakan. Gangguan ini muncul lagi dan agak memburuk ketika sedang mendalami seni musik di sebuah Sekolah Luar Biasa (SLB).
Ditegaskan oleh dr Suzy, Anyelir memiliki kemampuan kognitif yang normal seperti anak remaja kebanyakan. Kelebihan itu pula yang membedakan Anyelir dari anak-anak pengidap retardasi atau keterbelakangan mental sehingga selama ini tidak mengalami kesulitan dalam belajar.

Kondisi kejiwaan Anyelir sempat agak stabil setelah beberapa kali menjalani rawat jalan di RSJ Grogol. Namun saat salah seorang kerabatnya meninggal dunia belum lama ini, gangguan jiwa yang dialami Anyelir kembali memburuk dan akhirnya terpaksa dikirim orangtuanya untuk menjalani rawat inap.

"Agresif sih tidak, ya cuma seperti ini, ngomong terus. Di rumah dia sangat tergantung, apa-apa harus dibantu jadinya dikirim ke sini," tambah dr Suzy.

Menurut dr Suzy, gangguan afeksi bipolar antara lain ditandai dengan perilaku sebagai berikut:
1. sering sedih
2. bicaranya banyak
3. aktivitasnya tinggi
4. tidak bisa tidur

Perubahan lain yang juga sering teramati pada penderita afeksi bipolar adalah peningkatan libido. Entah ada hubungannya atau tidak, dr Suzy mengisahkan bahwa Anyelir memang menjadi agak salah tingkah waktu ada kunjungan siswa-siswa SMP yang sebagian pesertanya adalah cowok sebayanya.

Anyelir bukan satu-satunya remaja yang mengalami gangguan jiwa. Di RSJ Grogol, saat ini ada sedikitnya 6 pasien remaja yang menjalani rawat inap karena berbagai gangguan kejiwaaan mulai dari depresi berat, schizophrenia hingga kecanduan game.

Sementara itu di seluruh Indonesia, data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan bahwa 11,6 persen remaja usia 15 tahun ke bawah atau sekitar 19 juta remaja mengalami gangguan mental emosional berupa cemas dan depresi. Tahun 2020, depresi diproyeksikan sebagai penyebab utama disabilitas nomor 2 setelah penyakit jantung iskhemik.

AN Uyung Pramudiarja - detikHealth
Jumat, 05/10/2012 17:08 WIB

Cek di Sini! Apakah Nonton Video Porno Sudah Ganggu Jiwa

Jakarta, Kecanduan pornografi atau suka nonton video porno mungkin lebih sering dipandang sebagai suatu kelemahan moral atau bentuk hiburan semata. Namun tanpa Anda sadari, kecanduan ini bisa menyebabkan gangguan jiwa.
Kecanduan pornografi merupakan tren baru masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang berdampak luas dan dalam waktu singkat dapat merusak tatanan psikososial masyarakat.

Tak hanya merusak otak, kecanduan pornografi juga dapat menyebabkan gangguan jiwa.
"Nonton video porno bisa mengganggu jiwa jika sudah melewati batas, frekuensinya makin hari makin banyak. Misal yang biasanya sehari 1 folder bisa jadi 2 folder," tutur dr Suzy Yusna Dewi, SpKJ(K), Kepala Instalasi Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja RSJ Grogol saat dihubungi detikHealth, Rabu (17/10/2012).

Orang dapat dikatakan kecanduan pornografi bila ia menghabiskan menghabiskan waktu berjam-jam untuk melihat hal-hal yang berbau porno, seperti video atau foto-foto porno.
Nah, menurut dr Suzy kebiasaan ini bisa mengganggu kejiwaan bila sudah menyebabkan hal berikut:
  1. Pikirannya melulu hanya soal seks dan pornografi. 
  2. Mengganggu fungsi sehari-hari. Pecandu jadi malas melakukan kegiatan harian, seperti belajar, sekolah atau bekerja di kantor.
  3. Menarik diri dari pergaulan dan lebih asyik dengan kegiatannya melihat atau menonton pornografi.
  4. Akan berperilaku menjengkelkan, tersinggung atau marah bila tidak dapat mengakses pornografi.
  5. Tetap melanjutkan kegiatan pornografi meski sudah kehilangan hal berharga dalam hidupnya, seperti hubungan asrama atau kehilangan pekerjaan. 
  6. Merugikan orang lain, seperti melakukan pelecehan seksual atau bahkan melakukan pemerkosaan.
"Jika memang sudah mengganggu kejiwaan, kita akan lakukan psikoterapi dan terapi perilaku. Kalau tidak bisa juga akan diberikan obat-obatan antipsikotik," jelas dr Suzy. 

Sumber : 

Cek di Sini! Apakah Nonton Video Porno Sudah Ganggu Jiwa
Merry Wahyuningsih - detikHealth
Rabu, 17/10/2012 10:56 WIB

 

Apa Kata Dokter Jiwa Kalau Keseringan Bilang 'Ciyus Miapah'?

Jakarta, Masa remaja adalah masa pencarian jati diri. Banyak sekali eksperimen yang dilakukan untuk kelihatan lebih keren. Hati-hati, dokter jiwa punya komentar sendiri bagi yang suka latah, ikut-ikutan tanpa tahu apa maknanya.

 

Ciyus, miapah? Contohnya ya itu tadi, beberapa orang memang kelihatan imut saat mempelesetkan ungkapan 'serius demi apa' jadi 'ciyus miapah'. Karena kelihatan keren, banyak yang kemudian ikut-ikutan dan sekarang mudah sekali menemukan orang bilang 'ciyus miapah' di berbagai tempat.


Kecenderungan untuk ikut-ikutan, kadang tanpa tahu maknanya sering dilabeli dengan istilah 'alay' yang konon merupakan singkatan dari anak layangan. Sama seperti 'ciyus miapah' sebenarnya, istilah alay sendiri juga produk ikut-ikutan karena tidak jelas apa maknanya. Terkait hal itu, dr Suzy Yusna Dewi, SpKJ(K) dari RS Jiwa Soeharto Heerdjan Grogol punya komentar tersendiri.

"Jika bangga dengan predikat alay itu yang krisis identitas karena dia tidak bisa menentukan pilihan, jadi hanya sekadar mengikuti mainstream supaya diakui teman-teman," kata dr Suzy yang bidang spesialisasinya adalah psikiatri anak dan remaja, seperti ditulis detikHealth, Rabu (24/10/2012).


Memang berlebihan untuk dikatakan sebagai gangguan jiwa, namun krisis identitas bisa memicu kerentanan untuk mengalaminya. Terlebih, para remaja yang mengalami krisis identitas umumnya memiliki masalah dengan latar belakang emosional, misalnya mudah cemas dan tidak percaya diri.


Pola asuh yang salah dari orang tua selama di rumah umumnya bisa menjadi penyebab yang lebih dominan. Misalnya sejak kecil dididik dengan terlalu permisif, apa-apa diperbolehkan lalu akhirnya tidak terbentuk ketahanan terhadap berbagai permasalahan saat bersosialisasi.


Remaja yang mengalami krisis identitas cenderung lebih labil, mudah ikut-ikutan dan terpengaruh oleh lingkungan. Meski tidak selalu jadi gangguan jiwa berat seperti skizofrenia, faktor risiko ini bisa memicu gangguan jiwa lainnya seperti gangguan emosi maupun tingkah laku. Tawuran adalah salah satu contoh konkretnya.

 

Sumber :
ApaKata Dokter Jiwa Kalau Keseringan Bilang 'Ciyus Miapah'?
AN Uyung Pramudiarja - detikHealth
Rabu, 24/10/2012 12:10 WIB