Kamis, 22 Oktober 2015

SEMINAR DETEKSI DINI & PENANGANAN KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK YANG DISELENGGARAKAN RS. Dr. SOEHARTO HEERDJAN

Jakarta, Belakangan kabar kekerasan seksual terhadap anak makin sering muncul di media massa. Masyarakat diimbau untuk lebih melindungi anak dan waspada terhadap pelaku dengan kelainan seksual paedofilia.

Dijelaskan oleh dr Suzy Yusna Dewi, SpKJ(K), dari RSJ dr Soeharto Heerdjan paedofilia dilihat dari sisi medis merupakan salah satu bentuk gangguan mental bernama parafilia. Orang pengidap parafilia mempunyai kelainan otak yang membuatnya bisa terangsang secara seksual ketika berinteraksi dengan objek tertentu yang tak biasa.

"Kalau dilihat pakai MRI ada permasalahan di frontal dan temporal lobe otak. Gambaran menurut PET scanning ada berkurangnya metabolisme glukosa di daerah frontal dan temporal akibatnya jadi kurang empati," ujar dr Suzy pada seminar kekerasan seksual anak di RSJ dr Soeharto Heerdjan, Jl Latumenten, Jakarta Barat, Kamis (22/10/2015)
Dr Suzy mengatakan karena ada gangguan tersebut maka sebetulnya ciri seorang pengidap paedofilia bisa dilihat. Sebagian besar pengidap punya banyak teman anak-anak namun hanya sedikit teman dengan usia sebayanya.

"Dia cuma punya hubungan terbatas dengan teman sebaya. Dia terampil dalam memanipulasi anak dan sering beraktivitas dengan anak-anak tanpa melibatkan orang dewasa lain," kata dr Suzy.

Sebagian besar paedofil yang menjadi pelaku kekerasan seksual datang dari lingkungan terdekat anak. Menurut dr Suzy sekitar 60 persen pelaku datang dari kenalan sekitar seperti teman bermain, 30 persen keluarga, dan 10 persen orang asing.

"Kita harus menyadari bahwa orang dewasa manapun bisa menjadi pelaku kekerasan seksual. Perhatikan tanda-tanda grooming seperti sangat memerhatikan dan selalu memenuhi keinginan anak," pungkas dr Suzy.


Dr. Susy menjelaskan bahwa kekerasan seksual pada anak berdampak pada psikologis jangka panjang. "Pasien anak-anak yang saya tangani hanya menjawab, `Saya ingin lupakan`. Itu saja, tak mau menjawab pertanyaan lain," tutur dr Susy dalam seminarnya.

"Trauma-trauma karena kekerasan ini membuat kecenderungan korban menjadi pelaku berikutnya," pungkas dr Susy..

 Korban kekerasan seksual yang terjadi pada anak-anak cenderung menjadi pelaku berikutnya bila tak mendapat terapi penyembuhan trauma

kutipan :
  • http://m.liputan6.com/health/read/2346447/korban-kekerasan-seksual-cenderung-jadi-pelaku-berikutnya
  • http://health.detik.com/read/2015/10/22/114651/3050571/1301/waspada-kekerasan-seksual-pada-anak-kenali-ciri-ciri-paedofil