Senin, 10 Oktober 2016

Memaknai Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 10 Oktober 2016

Dignity in Mental Health Psychological and Mental Health First Aid for all 

 (Martabat bagi kesehatan jiwa dan pertolongan pertama psikologis dan kesehatan jiwa bagi semua)

Memaknai Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 10 Oktober 2016..

Kesehatan jiwa menurut UU no 18 thn 2014, adalah Kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan diri sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif dan mampu berkontribusi untuk kepentingan banyak orang. Sejalan dengan makna dari Kesehatan menurut UU No 36 Tahun 2009 yaitu keadaan sehat, fisik, mental, spiritual, sosial agar tercapai kualitas hidup produktif.

WHO memperkirakan tahun 2020 depresi akan menjadi penyebab utama dari ketidakmampuan seorang individu di seluruh dunia dan gangguan jiwa akan menyumbang sekitar 15% dari angka kesakitan global. Oleh karenanya mengantisipasi kemungkinan diatas, tema hari kesehatan jiwa sedunia kali dimaknai sebagai martabat dalam kesehatan jiwa diselaraskan dengan tujuan Pembangunan manusia khususnya manusia di Indonesia suutuhnya.

Memaknai peringatan Hari Kesehatan Jiwa dalam konteks ini tidak dapat dipungkiri bahwa sudah adanya kondisi prihatin. Apakah kesehatan jiwa bangsa ini sedang dalam keadaan sakit? Sakit secara mental ,sosial dan spiritual. Ditandai dengan maraknya angka kejahatan, kejadian kekerasan pada anak, kemiskinan makin meluas, banyaknya koruptor berseliweran dinegri ini dengan nyaman tanpa ada rasa berdosa.

Rasa ketidaknyaman dan kepedihan yang dirasakan banyak orang. Seringnya kegaduhan –kegaduhan serta kepanikan yang membangkitkan ketidaknyamanan, yang seringkali menimbulkan luapan emosi walaupun hanya dipicu oleh sebagian kecil masyarakat. Orang yang merasa berkuasa, menampilkan arogansi yang menimbulkan kesakitan dan kepedihan serta luka banyak orang dinegri ini.

Apakah mayoritas negri ini menjadi korban dari ulah segelintir manusia yang tidak sehat jiwa?
Apakah revolusi mental hanya sekedar basa basi tanpa tahu makna harfiah ?


Mengacu pada definisi sehat jiwa bahwa orang sehat jiwa adalah orang yang mencintai diri, mencintai orang lain, mampu menyesuaikan diri (beradaptasi) dengan diri sendiri dan orang lain, masyarakat dan lingkungan. 

Sudah sehat jiwakah pemimpin dan masyarakat bangsa ini?

Jika tidak sehat jiwa, apa penyebabnya ? 

Jiwa yang sehat didapat jika terpenuhinya kepuasan sejak kecil, yang akan membentuk cikal bakal akar yang kokoh, akan berkembang terus hingga dewasa. akar kokoh akan menjadi sebuah pohon yang baik, yang enak dilihat dan bermanfaat untuk orang banyak.

Jiwa yang sakit akan berdampak pada perilaku ketika dewasa yang berkaitan erat dengan cara berpikir, cara berperan, cara berkata serta cara bertindak. Jiwa yang yang sakit tampak dalam setiap perkataan, perbuatan atau tindakan. Jiwa yang penuh dengan permusuhan, senang melihat orang lain susah, seringkali menularkan ketidaknyamanan dan ketidak bahagiaan kepada orang lain. Secara tidak disadarinya tidak suka dengan keadaan tenang dan damai.

Akar yang sempurna, berdampak pada tumbuhnya pohon yang tidak enak dipandang ataupun dapat dirasakan manisnya buah yang dihasilkan. Akar yang tidak kokoh ini diartikan sebagai penyebab kegelisahan dan ketidakpuasan ketika masa dewasa atau tuanya.

Kegaduhan dan kepanikan yang ditimpakan kepada orang lain dimungkinkan secara uncounscies adalah sebagai ajang mencapai pemuasaan kebutuhan yang tidak terpenuhi ketika kecil dan akhirnya menjadi kenikmatan untuk mencapai kepuasan.

Oleh karena itu dengan tema hari kesehatan jiwa 2016 ini, kita tumbuhkan masyarakat sehat jiwa dari mulai dari kecil bahkan mulai dalam kandungan sehingga akan terbentuknya pemimpin - pemimpin bangsa Indonesia yang tangguh , menyenangkan, menyejukkan, dan berempati kepada sesama.
Semoga dengan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia ini kita dapat tumbuhkan Indonesia yang bermatabat, Indonesia beradab dan Indonesia Sehat Jiwa.
Salam sehat jiwa.