Jumat, 31 Oktober 2014

Cybersex Pada Remaja


Pada suatu pagi, untuk pertama kalinya saya bertemu dan menangani seorang remaja dengan depresi berat yang juga disertai kecanduan cybersex. Tidak hanya itu, depresi tersebut juga mengarahkan pasien saya ini ke percobaan bunuh diri. Wah, sungguh mencengangkan ya.

Untuk remaja berumur 14 tahun ia terlihat begitu cerdas lho, hal itu tercermin dari tutur bahasa dan logika berpikirnya yang sebenarnya sangat baik. Sungguh miris rasanya mendengar seluruh ceritanya kemudian. HalSetelah ditelusuri lebih jauh, sangat disayangkan ternyata konflik yang dialami sebenarnya berasal dari konflik dengan kedua orangtuanya.

Menurutnya, ia dan orangtuanya selalu berbeda pendapat sehingga ia diperlakukan seperti bukan anak kandung sendiri. Melalui cerita yang dituturkan oleh pasien saya ini, terkuak pula sebab depresi yang dialaminya juga dikarenakan putus cinta dengan pasangan dunia maya yang ia miliki.

Pasangan dunia maya? hmm...saya pun merasa perlu mendengar lebih jauh untuk mengetahui apa sebenarnya maksud penuturannya itu.

Awalnya saya berpikir, jangan-jangan ia dan pasangan dunia maya itu sudah membawanya ke hubungan seksual secara nyata dan berkali-kali. Tapi ia tetap berikeras bahwa ia hanya berhubungan melalui video call saja, tidak lebih dari itu.

Pada akhirnya, ia kini merasa sangat menyesal karena telah berhubungan terlalu jauh dengan teman-temannya di dunia maya. Beberapa nama ia sebutkan dalam rasa sesal yang ia paparkan.

Wah...kini saya jadi bisa lebih membayangkan bagaimana sih sebenarnya aktivitas cybersex itu. Membuat saya sekaligus menjadi lebih yakin lagi atas bahaya yang dapat ditimbulkannya.

Dengan pertimbangan adanya gejala depresi dan usaha bunuh diri, saya memutuskan untuk merawat anak tersebut di rumah sakit, diharapkan penanganan ini juga dapat menghilangkan pikiran negatif tentang seks pada dirinya yang masih belia.

Pasien ini perlu dirawat untuk mendapatkan penanganan intensif karena selain membutuhkan konseling, pasien ini memerlukan obat - obatan (psikofarmaka) yang dibantu dengan terapi elektromagnetik neurofeedback. Hal ini bertujuan untuk mengurangi adiksi dan gejala depresi yang dideritanya. Kombinasi terapi dibutuhkan untuk mempercepat pemulihan dan tentu harus berdasarkan persetujuan orangtua, mengingat pasien harus masuk sekolah lagi.

Tampaklah penyesalan kedua orangtuanya, mudah-mudahan dukungan keluarga dan keinginan dari pasien untuk sembuh akan mempercepat pemulihan mental anak tersebut .

Cybersex dan Dunia Remaja
Seperti yang kita ketahui, cybersex sebenarnya bukanlah hal yang baru. Dunia maya yang kini begitu dekat dengan generasi muda diam-diam menjadi salah satu gerbang akses terhadap aktivitas berbahaya ini.

Cybersex adalah melakukan seks secara online atau melakukan chat seputar seks. Biasanya anak yang mengalami kecanduan ini memiliki kontrol diri yang rendah dan emosionalnya  bermasalah. Dari pasien diatas jelas bahwa kontrol diri rendah dikarenakan  beban psikologisnya.

Bagi para orangtua, sebaiknya mulai menjaga buah hatinya akan bahaya ini. Beberapa hal yang dapat dilakukan misalnya :
  • Kenali emosi anak Anda
  • Sesekali periksa aktivitas dunia maya anak
  • Bangun kedekatan emosial dengan anak
  • Berikan sex education kepada anak

Oleh :
 http://dr-suzyyusnadewi.blogspot.com/p/profile.html