Rabu, 07 Januari 2015

Bagaimana Mendeteksi ADHD pada Anak Anda? (Bagian 1)



Pada salah satu sesi konsultasi, saya bertemu dengan seorang anak usia 6 tahun yang dibawa oleh kedua orangtuanya untuk berkonsultasi atas rujukan dari sekolah. Menurut keterangan sekolah, anak ini tidak bisa mengikuti pembelajaran di kelas selama masa observasi persiapan masuk sekolah berlangsung. Namun, menurut orangtuanya sang anak tidak bermasalah, hanya sekedar tidak bisa duduk tenang dan gaya belajarnya auditorik. Ayah merasa anaknya hanya terlambat bicara seperti saudaranya yang lain.



Orangtua pun kemudian bercerita tentang adanya riwayat keluarga yang kebanyakan terlambat bicara semenjak kecil. Keterlambatan bicara tersebut salah satunya terjadi pada adik dari pihak ayah, namun menurut mereka toh pada akhirnya bisa menjadi orang sukses. Dari cerita itulah orangtua merasa bahwa anaknya sedang mengalami hal yang sama dengan pamannya, mereka tetap menyangkal bahwa anaknya kini sebenarnya bermasalah.



Pada saat observasi, tampak anak bolak-balik memanjat sofa dan meja, kemudian saat dilarang oleh orangtuanya sang anak pun terdiam sejenak, tapi setelah itu kembali seperti semula.



Pada sesi konsultasi yang sama, saya pun kemudian mencoba memaparkan penjelasan mengenai beberapa gejala ADHD secara lebih rinci. Setelah menyimaknya secara seksama, barulah orangtua mulai berpikir dan merasa anaknya berbeda dengan anak lain dan bukan sekedar karena cara belajar yang berbeda.



Berdasarkan kasus di atas, dapat disimpulkan bahwa anak mengalami gejala ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Diorder) yang tidak disadari oleh orangtuanya. Perlu kesadaran orangtua untuk mengenali gejala ADHD sejak dini, karena jika tidak akan berdampak serius dalam prestasi belajar dan akademik, juga di dalam berkembangnya perilaku destruktif. ADHD dapat berkembang menjadi remaja/dewasa dengan ADHD menetap yang akan menganggu fungsi sosial dan pekerjaannya. Berdasarkan data, 20%-40% anak ADHD ketika remaja dapat berkembang menjadi gangguan tingkah laku (conduct disorder) dan 10%-20% menjadi gangguan kepribadian anti-sosial (personality disorder)/psikopat. 



Lalu bagaimana cara mengenali ADHD? di bawah ini dipaparkan gejala ADHD secara umum yang dapat menjadi referensi orangtua untuk segera merujuk ke profesional jika mendapati anaknya memiliki gejala berikut :
  • Anak sulit sekali belajar
Anak dengan ADHD memang sulit  sekali  belajar.  Mereka  tidak  pernah bisa fokus menyelesaikan  pekerjaan. Seringkali anak ADHD meninggalkan pekerjaan  yang seharusnya menjadi    tanggungjawabnya.   Pada   satu titik anak ADHD bisa saja tantrum karena tidak  bisa mengendalikan amarah  karena diminta menyelesaikan tugas yang tidak pernah bisa diselesaikannya.
  • Anak tidak pernah fokus
Anak  ADHD sulit   sekali  menyelesaikan pekerjaan  hingga  tuntas. Tidak hanya pada pelajaran, pada permasalahan yang datang di  hadapannya sulit  diselesaikan dengan baik. Seringkali kurang  fokus anak  ADHD membuat orangtua menyerah dan bingung untuk memberitahu mereka.
  • Anak sulit mendengarkan bila diajak bicara
Kecenderungan anak ADHD tidak mendengarkan ketika diajak bicara. Mereka seakan cuek dengan lingkungan sekitar. Gejala ini sebenarnya mirip dengan gejala autisme yang ringan, hanya saja pada autisme tidak terjalin kontak mata dan komunikasi verbal dan non-verbal.

  • Perhatian mudah terpecah bila ada gangguan dari luar
Pernahkah anda melihat anak anda yang sedang menyiapkan diri untuk mengerjakan PR tiba-tiba saja pergi meninggalkan tugasnya ketika tahu ada teman atau kartun kesukaannya diputar? Yah, pada anak ADHD kecenderungan untuk meninggalkan pekerjaan seringkali terjadi. Mereka tidak akan pernah punya beban ketika pekerjaan rumah mereka tidak selesai. Karena sikap inilah terkadang orangtua dibuat kesal dengan perilaku anak ADHD.
  •  Kehilangan benda-benda dan alat tulisnya

Anak ADHD seringkali lupa menaruh barang. Seorang murid di klinik kami seringkali lupa menaruh barang miliknya. Beberapa barang bahkan tertinggal di sekolah atau di rumah. Seringkali orangtua bingung dan memarahi anak karena ia mereka tidak mendengarkan orang lain bicara karena fokus pada yang dipikirkan.

  • Tidak paham dengan instruksi

Pada  situasi  tertentu,  anak  ADHD akan sulit memahami instruksi yang  orangtua/ guru  berikan.   Mereka   akan   cenderung sulit menganalisa  apa yang diinginkan dari sebuah instruksi kompleks. Misalnya ketika terapis memberikan instruksi   pada   anak   untuk   mengambil buku, membuka  buku kemudian membaca halaman pada buku. Pada anak ADHD biasanya tidak bisa langsung mengerti dengan instruksi tersebut.
  • Terlalu aktif dalam bergerak

Anak ADHD memiliki kecendrungan terus bergerak.  Mereka  seperti   tidak  memiliki rem untuk mengatur gerak tubuhnya. Seperti saat bermain anak ADHD bisa tiba- tiba saja melakukan  gerakan  yang sangat cepat dan terus menerus, sehingga  teman- temannya  seringkali bingung  bagaimana cara menghadapinya.

Beberapa temannya  bahkan  menjauhinya karena  mereka  menganggap anak  ADHD ini tidak mengerti aturan main. Misal: Ketika anak-anak  bermain  bola, anak ADHD bisa saja bermain dengan mereka, berusaha menendang bola  ke  gawang.  Sayangnya dia tidak bisa berhenti  ketika ia melakukan pelanggaran  seperti   mendorong atau keluar dari garis lapangan.
  • Sulit menunggu giliran    

Tidak mudah membuat anak menunggu giliran. Karena aktif dalam melakukan kegiatan, anak ADHD cenderung mudah bosan. Pada level tertentu anak ADHD bahkan   menjadi   cemas  ketika gilirannya tidak ditunaikan.

Salah satu contoh ketika mereka harus menyelesaikan tugas khusus di sekolah sementara anak-anak  lain pulang  sekolah. Pada   situasi  ini  anak   ADHD terkadang cemas  dan  sulit  sekali untuk  tidak  pergi meninggalkan  ruang  kelas.  Bila dicegah, anak ADHD bahkan bisa menjadi tantrum.

  • Terlalu cepat menjawab pertanyaan walaupun pertanyaan yang diajukan belum selesai

Pada   situasi   tertentu  anak   ADHD bisa menjawab    pertanyaan   dengan   sangat cepat meski kita belum menyelesaikan pertanyaan. Hanya saja  pertanyaan yang dijawab terkadang bukanlah jawaban yang benar-benar tepat.

Misalnya ketika anak bertanya  tentang apa saja yang sudah dipelajari di sekolah. Anak ADHD akan  dengan cepat  memberitahu tentang  apa   yang   sudah   dipelajari   di sekolah, tapi ketika ditanya tentang bagaimana pelajaran  di kelas dan  belajar apa  saja, anak ADHD biasanya  cenderung hanya menjelaskan  kulit luarnya saja, tidak bisa menjelaskan secara terperinci pelajaran di kelas dan maksud belajar di kelas.

  • Mengganggu orang lain.

Anak ADHD dalam  situasi  tertentu akan sangat  mengganggu orang  di sekitarnya. Kadang kejahilan mereka tidak pada tempatnya. Jika diberitahu  dan dijelaskan, mereka  tidak  akan  pernah  mengerti  dan terus mengulangi hal yang sama.

Inilah gejala-gejala   umum   yang   terjadi pada anak ADHD, apakah anak anda  termasuk di  dalamnya? Bila ya, maka mungkin sudah saatnya anda berkonsultasi pada professional di bidangnya  seperti  psikiater anak atau  psikolog anak. 

Untuk mengetahui gejala ADHD pada remaja, simak "Bagaimana Mendeteksi ADHD pada Anak Anda? (Bagian 2") pada postingan selanjutnya. 


Sumber referensi :
  • "Strategi & Metode Belajar untuk Anak ADHD" by Dr. Suzy Yusna Dewi, dr., SpKJ(K)
  • "Fact Sheet: Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) Topics", adapted from R. A. Barkley & K. R. Murphy (2006) Attention deficit hyperactivity disorder: A clinical workbook (3rd ed.)
  • "ADHD and Conduct Disorder" by Eileen Bailey

Catatan :
Jika ingin melakukan pemesanan buku "Strategi & Metode Belajar untuk Anak ADHD", silahkan hubungi & membeli langsung di Talenta Center

1 komentar: