Pada suatu pagi, untuk pertama kalinya saya bertemu dan menangani seorang
remaja dengan depresi berat yang juga disertai kecanduan cybersex. Tidak hanya itu, depresi tersebut juga mengarahkan pasien
saya ini ke percobaan bunuh diri. Wah, sungguh mencengangkan ya.
Untuk remaja berumur 14 tahun ia terlihat begitu cerdas lho, hal itu tercermin
dari tutur bahasa dan logika berpikirnya yang sebenarnya sangat baik. Sungguh
miris rasanya mendengar seluruh ceritanya kemudian. Setelah ditelusuri lebih jauh, sangat
disayangkan ternyata konflik yang dialami sebenarnya berasal dari konflik dengan kedua orangtuanya.
Menurutnya, ia dan orangtuanya selalu berbeda pendapat sehingga ia diperlakukan seperti bukan anak kandung sendiri. Melalui cerita yang
dituturkan oleh pasien saya ini, terkuak pula sebab depresi yang dialaminya
juga dikarenakan
putus cinta dengan pasangan dunia maya yang ia miliki.
Pasangan dunia maya? hmm...saya pun merasa perlu mendengar lebih jauh untuk
mengetahui apa sebenarnya maksud penuturannya itu.
Awalnya saya berpikir, jangan-jangan ia dan pasangan dunia maya itu sudah
membawanya ke hubungan seksual secara nyata dan berkali-kali. Tapi ia tetap
berikeras bahwa ia hanya berhubungan melalui video call saja, tidak lebih dari
itu.
Pada akhirnya, ia kini merasa sangat menyesal karena telah berhubungan
terlalu jauh dengan teman-temannya di dunia maya. Beberapa nama ia sebutkan
dalam rasa sesal yang ia paparkan.
Wah...kini saya jadi bisa lebih membayangkan bagaimana sih sebenarnya
aktivitas cybersex itu. Membuat saya sekaligus menjadi lebih yakin lagi atas
bahaya yang dapat ditimbulkannya.
Dengan pertimbangan adanya gejala depresi dan usaha bunuh diri, saya memutuskan
untuk merawat
anak tersebut di rumah sakit, diharapkan penanganan ini
juga dapat
menghilangkan pikiran negatif tentang
seks
pada dirinya yang masih belia.
Pasien ini perlu dirawat untuk
mendapatkan penanganan intensif karena selain membutuhkan konseling, pasien ini
memerlukan obat - obatan (psikofarmaka) yang dibantu dengan terapi
elektromagnetik neurofeedback. Hal ini bertujuan untuk mengurangi adiksi dan
gejala depresi yang dideritanya. Kombinasi terapi dibutuhkan untuk mempercepat
pemulihan dan tentu harus berdasarkan persetujuan orangtua, mengingat pasien
harus masuk sekolah lagi.
Tampaklah penyesalan kedua orangtuanya, mudah-mudahan dukungan keluarga dan keinginan dari pasien untuk sembuh akan mempercepat pemulihan mental anak tersebut .
Cybersex dan
Dunia Remaja
Seperti yang kita ketahui, cybersex sebenarnya bukanlah hal yang baru.
Dunia maya yang kini begitu dekat dengan generasi muda diam-diam menjadi salah
satu gerbang akses terhadap aktivitas berbahaya ini.
Cybersex
adalah melakukan seks secara online atau melakukan chat
seputar seks. Biasanya anak yang mengalami kecanduan
ini memiliki kontrol diri yang rendah dan
emosionalnya bermasalah. Dari pasien diatas jelas bahwa kontrol
diri rendah dikarenakan beban
psikologisnya.
Bagi
para orangtua, sebaiknya mulai menjaga buah hatinya akan bahaya ini. Beberapa hal yang dapat dilakukan misalnya :
- Kenali emosi anak Anda
- Sesekali periksa aktivitas dunia maya anak
- Bangun kedekatan emosial dengan anak
- Berikan sex education kepada anak
Oleh :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar